Postingan

Mengenal Lebih Dalam UU Ormas

Gambar
Oleh Noer Hikmah Wati Photo by Google, Illustrasi by Noer Hikmah Wati Negara atau pemerintahan perlu memiliki badan-badan yang mengawasi kebijakan yang dibuat, semata-mata agar tidak terbentuknya rezim yang otoriter, dan membuat kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan rakyatnya. Salah satunya ialah dengan adanya Organisasi Masyarakat (Ormas). Dalam ormas inilah masyarakat sipil dapat berkumpul dalam satu wadah, yang digunakan untuk memantau, dan mengkritik kebijakan yang dibuat oleh pemerintah jika dirasa tidak pro dengan kepentingan rakyat.  Kendati berdalil untuk kepentingan rakyat, ormas juga perlu memiliki aturan yang mendasarinya dalam pembentukan maupun bertindak. Dalam hal ini, organisasi masyarakat yang terbentuk diharapkan bukan merupakan ormas ilegal, yang dibuat hanya untuk menciptakan kebencian atau melakukan konspirasi dan menimbulkan kekacauan. Melainkan organisasi masyarakat yang resmi, bebas, namun tetap bertanggung jawab. Sejarah Singk...

Surat Terakhir ( Bagian 2 )

Gambar
         Dibalik penantian tak berujung, ada rahasia terpendam. kali ini izinkan Rahman untuk bercerita.                       Penantian Ana “ Nek, nenek tidak apa-apa” tangan mungil itu membelai lembut tangan Ana yang sudah mengeriput. “ Iya sayang ” Keberadaan suaminya masih menjadi misteri, bahkan ia masih menunggu, dan menunggu. Ia tiadak mau menerima kenyataan pahit yang sudah ia ketahui 20 tahun terakhir. Ketika Sarah sahabatnya   memberikan sepucuk kertas kepadanya. Yaitu surat terakhir dari Rahman. Ana masih terperangkap dengan kesedihan dan pengharapannya, entah sampai kapan. Mungkin hingga akhir hayatnya. Kesetiaannya tidak pernah luntur walaupun harus beribu-ribu kali meyakinkan diri. ***                    Rahasia Rahman Perang ...

Surat Terakhir ( Bagian 1 )

Gambar
“ Kasihku taukah kamu? rembulan   saat ini sedang bersinar indah-indahnya. Angin malam menemaniku dalam keheningan. menantikan dirimu. Deburan ombak membawaku entah kemana. Berlayar jauh dari tempat kita tinggal. Sayangku tunggulah kepulanganku. Walaupun aku tidak tahu apakah setelah pulang nanti tetap bisa bersama denganmu. Aku berharap dapat menggenggam erat tanganmu dalam sunyinya malam dan indahnya pagi. Kasihku nantikan kepulanganku.” Rahman. Tidak terasa air mata mulai membasahi kertas yang dipegangnya. Rasa sesak menyelimuti hati, entah sudah keberapa kali ia membacanya. Ia duduk terdiam dibalik sebuah jendela besar. Gundah, resah, dan bayangan itu selalu memenuhi pikirannya. Seolah ia melihat sosok tegap dengan seragam dan senapan perang datang menghampirinya dari kejauhan, yang samar tertutup kabut. “ Rahman..” gumamnya tanpa sadar. Ia berdiri membuka jendela. Rumah ini tidak mengalami perubahan yang berarti semenjak lelaki bernama Rahman itu meninggalkan ...